MENGHADAPI ASEAN COMMUNITY
Dinamika Sosial-Budaya dan Penguatan Pemuda-Mahasiswa[1]
OLeh Shofwan Karim[2]
Disampaikan pada Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah (LKMM-TM) Universitas Bung Hatta 2014
I. PENDAHULUAN
Tahun
depan yang sudah di bendul pintu, telah dinyatakan sebagai dimulainya tahun
Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Yang paling ditonjolkan adalah dicanangkan
perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) mulai Januari 2015. Akan
tetapi kelihatannya insiatif sosialisasi keputusan itu belum begitu hangat di Tanah Air. Boleh jadi suasana
adem-ayem itu karena Indonesia menganggap
gagasan itu sebagai hal yang sudah jauh
hari (2007) dan akhir-akhir ini, masyarakat
kita tengah dimabuk Pileg dan Pilpres pada April dan Juli 2014 ini.
Pada
hal keputusan itu merupakan pernyataan kolektif dan kehendak bersama yang amat signifikan untuk masyarakat masa
depan kawasan ini, terutama bagi generasi muda hari ini yang akan menjadi
pelaku dan pelaksana setiap gerak dan dinamika masyarakat kawasan ini, sekarang
dan masa depan.
Oleh
karena itu inisiatif BEMM-UBH melaksanakan LKMM-TM Se-Sumatera dengan Tema, “Dinamika Sosial Dulu, Kini dan
akan Datang dalam Mempersiapkan Diri Menghadapi MEA 2015 “ adalah Tepat. Di dalam
agenda ini dilakukan Seminar Nasional dengan Tema, “Dinamika Sosial dan
Budaya di masa dahulu, kini, serta dimasa yang akan datang dalam rangka
mempersiapkan diri menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015”.
Dari
tema Seminar itu, saya ingin membahas hal yang lebih nyata di dalam konteks di
namika social-budaya di kalangan generasi muda, terutama pemuda dan mahasiswa
di Indonesia menghadapi tantangan dimulainya gerakan bebas lintas Negara ASEAN
dalam satu komunitas yang terdiri atas
10 negara regional ini. Maka judul yang saya ajukan adalah, “Menghadapi
Komunitas Asean 2015: Dinamika Sosial-Budaya dan Penguatan Pemuda-Mahasiswa”.
Untuk
itu perlu terlebih dulu ditinjau sekilas
sejarah, visi dan misi ASEAN. Lalu sekuensi latar belakang ditetapkannya MEA
menjadi 2015. Berikutnya potensi dan dinamika social budaya masyarakat Asean
dan apa keunggulan Indonesia di dalam hal ini serta apa pula kelemahan
Indonesia di dalam menghadapi kompetisi kawasan. Lalu, apa yang harus dilakukan
generasi muda, terutama pemuda dan mahasiswa di dalam mengisi dan merebut
kesempatan yang terbuka di dalam
dinamika komunitas ASEAN ini.
Dengan
begitu sistematika paparan ini adalah sebagai berikut:
I.
PENDAHULUAN
II.
SEJARAH, VISI DAN DAN
MISI ASEAN
III.
KOMUNITAS ASEAN 2015, PELUANG DAN TANTANGAN
IV.
PEMUDA DAN MAHASISWA, MENGHADAPI
KOMUNITAS ASEAN 2015
V.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
II.SEJARAH, VISI DAN MISI ASEAN
Dapat ditafsirkan bahwa lahirnya ASEAN (The
Association of Sout East Asian Nations) antara lain kaerena menjawab arus dinamika internal kawasan. Ada 6 Negara pada
awalnya yang kalau tidak harmonis akan mengganggu keharmonisan dan kedamaian kawasan.
Selanjutnya tentu saja kelahiran ASEAN pula untuk menjawab persoalan hubungan
dan Dinamika eskternal: APEC, East Asia, South Asia, ME, EU dst. Oleh karena
itu kelahiran ASEAN adalah suatu kebutuhan
ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 di
Bangkok. Deklarasi pendirian ASEAN ditandatangani oleh Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand. Deklarasi berdirinya ASEAN itu pada dasarnya
adalah komitmen dan pernyataan untuk melakukan kerjasama untuk tujuan
pertumbuhan ekonomi, kemajuan social, pembangunan kebudayaan dan menciptakan
stabilitas dan perdamaian regional Asia Tenggara. Dari 6 negara pendiri tadi,
menyusul bergabung Berunai Darussalam, 7 Januari 1984, Vietnam, 28 Juli 1995,
Lao PDR dan Myanmar, 23 Juli 1997 serta Kamboja, 30 April 1999. Sekarang ASEAN
mempunyai anggota 10 negara. [3]
Di antara tujuan berdirinya ASEAN adalah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memajukan dan membangun kehidupan social dan
budaya di kawasan ini melalui usaha kerjasama dalam semangat kesetaraan dan
kemitraan dalam hal memperkokoh fondasi dasar untuk kesejahteraan dan
perdamaian komunitas bangsa-bangsa Asia Tenggara. Selanjutnya, bertujuan untuk meningkatkan dan
mempromosikan stabilitas dan perdamaian regional melalui kepatuhan dan
penghargaan yang tinggi kepada keadilan dan aturan hukum di dalam hubungan
antar Negara di kawasan ini dan tunduk di bawah prinsip-prinsip Piagam PBB. [4]
ASEAN mempunyai kredo atau motto: One
Vision, One Identity, One Community ( Satu Visi, Satu Identitas dan Satu
Komunitas). Satu visi, yaitu terciptanya kawasan yang damai, stabil dan
harmonis, dengan satu indentitas , satu dalam keberagaman (unity in diversity) namun menuju kesejahteraan bersama. Lalu satu
komunitas, yaitu satu entitas Asia Tenggara yang saling bekerjsama dengan nilai
budaya yang toleran, demokratis dan mempunyai nilai-nilai dan norma-norma Asia
Tenggara yang padu dan kompak.
Untuk aktualisasi kredo itu maka dilakukan berbagai upaya yang
komprehensif. Di antaranya melengkapinya dengan Piagam ASEAN yang diputuskan
pada Pertemuan Pemimpin ASEAN November 2007 di Singapura. Isinya adalah hal-hal
yang fundamental dan principal tentang tujuan umum, khusus, struktur kerjasama
ASEAN, kodifkasi norma-norma ASEAN, aturan dan nilai utama. Semuanya memberikan
gambaran bahwa ASEAN memiliki “legal
personality” yang memperjelas fungsi-fungsi
serta menjabarlkan wilayah komptensi bagi kunci pokok kelembagaan ASEAN
dan hubungannya antara satu dengan yang lain.
Selanjutnya dirumuskan hubungan
eksternal ASEAN dengan asosiasi, institusi, organisasi internasional di luarnya
di berbagai kawasan dan wilayah dunia. Baik ASEAN sebagai satu entitas maupun
ASEAN dengan entitas persatuan regional lain. Sepereti ASEAN+1, +2, +3 dan
seterusnya. Baik dengan Asosiasi di sekitarnhya maupun kawasan lain, East East
Asia, South Asia, APEC, ME, EU dll.
III.
KOMUNITAS ASEAN 2015, PELUANG DAN
TANTANGAN
Osborn & Neumeyer (dalam Taneko,
1984: 59) menyatakan bahwa komunitas adalah sekelompok orang dalam area yang
berdampingan, mempunyai ketertarikan dan aktivitas yang sama. Komunitas erat
kaitannya dengan sekelompok orang yang terlibat untuk mencapai keputusan
bersama dan dapat mengubah situasi ekonomi, sosial, budaya atau lingkungan
mereka. Komunitas pada dasarnya merupakan kumpulan orang-orang dengan visi yang
sama berkumpul untuk berbagi dan saling memberikan arti.
Perkembangan sosial media memungkinkan
komunitas untuk mengajak lebih banyak orang terlibat, menggalang dukungan,
mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dan menyebarkan lebih banyak gagasan
dengan lebih cepat melalui hadirnya teknologi internet. [5]
Di dalam konteks regional, komunitas itu
merupakan sekelompok Negara dengan seluruh apa yang di dalamnya, geografi,
demokrafi dan potensi alamnya di dalam
satu kawasan. Sementara itu, pada dasarnya apa yang dimaksud dengan
Komunitas ASEAN 2015 seperti yang dikatakan Jauhari Oratmangun, waktu itu
Dirjen ASEAN, sekarang Dubes RI, Moskow adalah :
“sebuah
komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan
makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang
saling peduli. Komunitas ASEAN ini dibentuk untuk lebih mempererat integrasi
ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. ASEAN
menyadari sepenuhnya keperluan untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih
terbuka dalam menghadapi permasalahan-permasalahan internal dan eksternal,
meningkatkan solidaritas, kohesivitas dan efektifitas kerjasama. ASEAN sudah
tidak lagi hanya terfokus pada kerjasama ekonomi, namun juga harus didukung
dengan kerjasama lainnya di bidang politik keamanan dan sosial budaya. Untuk
itulah maka pembentukan Komunitas ASEAN 2015 dilandasi oleh tiga pilar, yaitu
ASEAN Political Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN
SocioCultural Community. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh ASEAN
seiring dengan perkembangan yang pesat di bidang politik, keamanan, ekonomi,
sosial budaya, teknologi dan bidang-bidang lainnya yang terjadi di luar
kawasan. Karena itu ASEAN menyadari pentingnya upaya untuk lebih melibatkan masyarakat
sehingga tumbuh ‘rasa memiliki kekitaan’ (we feeling) terhadap ASEAN. ASEAN
harus memfokuskan dirinya untuk dapat menjalin meningkatkan kerjasama sehingga
yang dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat sebagai dengan menjadi
organisasi yang bertumpu dan menjadi milik seluruh masyarakat ASEAN atau
people-centered organization.” [6]
Untuk mencapai visi ASEAN 2015, maka KTT
ke-18 ASEAN, Jakarta, 8 Mei 2011 menghasilkan
ASEAN Community Blueprint 2015 dalam 3 pilar utama. Ketiganya adalah pilar komunitas
politik-keamanan, pilar komunitas ekonomi, dan pilar komunitas sosial budaya.[7]
Segitiga pilar utama itu merupakan satu
kesatuan yang utuh yang harus menjadi obsesi ASEAN untuk diwujudkan pada 2015
dan masa selanjutnya. Ketiga pilar utama itu kalau dirinci akan menjadi sebagai
berikut.
Pertama,
cetak-biru (blue-print) ASEAN Political-Security Community (APSC).
Intinya bertujuan untuk meningkatkan terus menerus upaya menggesa warga dan
Negara-negara anggota ASEAN hidup damai antara satu dengan lainnya di kawasan
ini dan dengan dunia global secara keseluruhan, di dalam aura demokratis dan
lingkungan yang harmonis. Maka untuk merealisasikan
itu, diperlukan hal-hal antara lain, (a)komunitas berbasis aturan denagn
berbagi nilai-nilai dan norma-norma; (b) Daya rekat yang kuat, suasana damai
dan kawasan yang tangguh dengan berbagi tanggungjawab untuk keamanan yang
komprehensif’;(c) wawasan luas keluar kawasan yang dinamis dalam satu penguatan
integrasi dalam dunia yang saling
memiliki ketergantungan yang positif dan optimis. [8] Di dalam implimentasi yang lebih konkret maka
lahirlah inisiatif berikut. Zona bebas senjata nuklir dan penanggulangan teroris
di kawasan Asia Tenggara. Deklarasi kawasan damai, bebas dan netral.Traktat
persahabatan dan kerja sama Asia Tenggara. Komisi HAM antar pemerintah ASEAN. Deklarasi
antara ASEAN dan RRT (Masalah teritori Laut China Selatan). 5
Kedua,
belue-print of ASEAN Economic Community (AEC). Pada dasarnya merupakan kerjasama
regional dalam integrasi ekonomi yang menjadi bagian usaha dari Negara anggota
untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan penciptaan lapangan kerja
dan mengurangi angka kemiskinan warganya.
Tujuannya adalah untuk mentransformasi stabilitas ASEAN lebih stabil,
lebih makmur dalam kompetisi yang tinggi namun pembangunan eknomi yang lebih
merata, mengurangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosio-ekonomi kawasan.
Secara spesifik hal itu didukung oleh 4
pilar utama: (1) satu pasar tunggal dan berbasis produksi; (2) satu regional ekonomi berkompetisi tinggi; (3)
satu regional perkembangan dan pembangunan ekonomi yang lebih merata; (4) satu
regional yang sepenuhnya terintegrasi ke dalam ekonomi global. [9]
Ketiga,
blue-print of ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC).
Tujuannya adalah menjadi kontribusi untuk merealisasikan Komunitas ASEAN yang
berorientasi kepada rakyat (warga) dan tanggungjawab social dengan satu
pandangan untuk mewujudkan kokohnya solidaritas dan persatuan di antara semua
warga (rakyat) pada semua Negara anggota ASEAN. Hal itu merupakan upaya untuk
membentuk satu identitas umum dan membangun kepedulian dan masyakat yang saling
bebagi dalam suatu aura yang inklusif untuk mencapai kesejahteraan dan
kemakmuran semua warga komunitas ASEAN.
Untuk mencapai maksud tersebut, maka ASCC akan mengimplementasikan segenap
upaya kerjasama berbasis manusia dan ramah-lingkungan dalam syiar pembangunan
berkelanjutan. Hal itu secara berbarengan juga merupakan kontribusi dalam
memantapkan fondasi yang kokoh dalam saling pengertian, bertetangga baik dan
berbagi rasa tanggungjawab dalam kebersamaan. ASCC menggambarkan karakteristik berikut: (1) pembangunan SDM; (2)
kesejahteraan social dan proteksi; (3) keadilan social dan HAM; (4) memelihara
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; (5) membangun Identitas ASEAN; dan
(6) mempersempit jurang-perbedaan pembangunan.
[10]
Secara teoritis kehendak 3 cetak biru
itu, seakan memperlihatkan dan pada gilirannya memperlakukan bahwa semua negara
ASEAN sudah merupakan satu komunitas yang masing-masing warga dengan kemampuan
setara. Akan tetapi bila dilihat
faktualnya, tidaklah demikian. Di sinilah letak peluang dan tantangan bagi
setiap Negara anggota ASEAN.
Dari segi populasi, ASEAN yang memiliki
jumlah lebih kurang 600 juta, tebesar atau 240 juta adalah penduduk Indonsia.
Negara terluas dari ASEAN adalah Indonessia. Tentu juga kekayaan alam, dapat
diterka Indonesia jauh lebih kaya. Itu semua merupakan peluang bagi Indonesia
untuk merebut keunggulan yang setara dengan Negara ASEAN lainnya. Namun,
kelihatan pula ada tantangan yang sangat kasat data.
Misalnya ketimpangan di dalam potensi
dan pemasaran serta kunjungan pariwisata. Perbedaan di dalam index kompetisi global
dan begitu pula gap kualitas sumber daya manusia.
Pada diagram berikut kelihatan bahwa di
antara 10 Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke-4 (lk. 6 Juta orang ) setelah Malaysia (lk. 24 juta orang ) ,
Thailand (lk. 14 Juta orang ) dan
Singapura (lk. 9 Juta orang ) dalam angka arus penerimaan wisatawan pada tahun
2009.
Di dalam urutan Indeks Kompetisi Global,
untuk Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi urut 5. Begitu pula pada HDI,
Indonesia pada urutan posisi ke-6 di antara 10 Negara ASEAN.
IV. PEMUDA DAN MAHASISWA, MENGHADAPI
KOMUNITAS ASEAN 2015
Ada pernyataan bahwa, bila pemuda,
mahasiswa dan sarjana Indonesia tidak mampu bersaing, maka siaplah untuk kalah.
Namu, ada suara optimisme, bahwa kita mempunyai keunggulan local dan nasional
di dalam konteks sosio-budaya.
Dari segala kekayaan historis turun temurun
oleh nenek moyang, kita sebagai generasi muda wajib melestarikan bahkan
mengembangkannya hingga ke mancanegara, agar kebudayaan tersebut tetap eksis
dan tidak mudah tergerus bahkan hilang dimakan zaman. Untuk itu upaya kita
haruslah konsisten jika tidak, bisa saja warisan kebudayaan diakui dan direbut
oleh negara lain. Beberapa warisan milik Indonesia mencakup, beragam tradisi,
suku, bahasa, tarian, busana, rumah adat, lagu daerah, batik, logam perak,
songket, blangkon, keris, wayang, cerita
rakyat hingga aneka makanan dan masih banyak lainnya. Betapa kayanya kita akan
semua ini, tapi masih banyak generasi muda yang acuh dan belum menyadarinya. [11]
Sebagai yang sudah ketahui, banyak
warisan sosio-kultural kita yang ternyata mempunyai kesamaan dengan Negara
ASEAN lainnya. Meskipun kita merasa tidak nyaman, namun kuliner rendang sudah
dipatenkan oleh Malaysia. Begitu pula Seni tari rakyat Reok Ponorogo ada pula di negeri seberang.
Kerajinan Batik yang menjadi warian kelasik Indonesia, ternyata juga ada di Malaysia
dan Thailand.
Untuk itu semua generasi muda, pemuda
dan mahasiswa Indonesia harus terus menerus mengingkatkan kemampuan, skill dan
nalar intelektual serta ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dapat menjadi
setara dan merebut keunggulan dalam komunitas
ASEAN ini.
Maka pemuda dan mahasiswa mestilah
membangun kolaborasi dan karingan kerjasama. Melakukan insiatif mencari hal-hal
baru yang innovative dan kreatif melalui jaringan penelitian. Memupuk kemampuan
komtesi dan mengasah keterampilan dan kompetensi. Menguasai bahasa lingua-franca dunia untuk
berkomunukasi intensif. Memupuk kemampuan dan ketahanan untuk bekerja keras,
sungguuh-sunguh dan disiplin. Lebih dari itu semua pemuda dan mahasiswa terus
menerus menguasai dan memelihara serta meningkatkan kualitas kekayaan dan
kahazanah local dan nasional wafrisan masa lalu maupun kreatifitas baru produk
daya cipta, karsa dan karya mereka sendiri yang baru.
V. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Komunitas ASEAN 2015 sudah di depan
pintu. Oleh pemimpin ASEAN, Komunitas ASEAN 2015 itu ditayangkan dalam satu
panorama kehidupan rakyat, masyarakat dan komunitas ASEAN yang berhubungan
dengan politik dan keamanan yang damai dan harmonis, pertumbuhan ekonomi yang
dinamis dan kehidupan social-budaya yang beragam tetapi menunjukan satu identitas ASEAN. Komunitas
ASEAN hidup dalam satu entitas dalam
toleransi serta nilai dan norma ketimuran berbasis Asia yang taat hukum,
demokratis dan harmoni dengan lingkungan internal dan eksternal.
Peluang dan tantangan bagi generasi
muda, pemuda dan mahasiswa, cukup kondusif untuk dijawab dan dieksplorasi untuk
kejayaan masa sekarang dan masa depan ASEAN khususnya dan dunia global pada
umumnya. Oleh karena itu perlu kereatifitas, inisitiatif, tingkatkan skill,
illmu pengetahuan dan teknologi, daya saing, disiplin dan nilai menghargai
prestasi dan kerja keras serta sungguh-sungguh. Semua itu dalam kerangka menuju
kepada komunitas ASEAN dalam satu visi, satu identitas dan satu komunitas.***
[1] Disampaikian pada Seminar Nasional LKMM-TM Se-Sumatera BEMM
Universitas Bung Hatta, Padang, 26 Maret 2014
[2] Shofwan Karim, DR., MA (UIN
Jakarta, 2008., 1991 dan DRS., BA., IAIN
Padang, 1982., 1976) adalah Dosen Senior
Pengampu Mata Kuliah Perkembangan Moderen Dunia Islam IAIN Imam Bonjol Padang,
sejak 1985; Komisaris PT Semen Padang,
sejak 2005 dan Pejabat dan Rektor UMSB, 2001, 2004 dan 2005-2013.
Klik, http://www.shofwankarim.com/?page=biografi
[3] ASEAN Community 2015. Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013.
[4] Ibid
[5] http://suzieitaco.wordpress.com/2013/08/18/komunitas-asean-2015-siapkah-kita/.
Akses, 23.03.2014. Pk. 15.04.
[7] http://prasetya.ub.ac.id/berita/FISIP-UB-Visi-ASEAN-Pasca-2015-5699-id.html.
Akses, 25.03.2014. Pk. 09.22.
[8] Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-14, tahun 2009.
Fact Sheet of ASEAN Political-Security Community. Jakarta: ASEAN Secretariat,
2013.
[9] Diterima sebagai hasil Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-13, tahun 2007.
Fact Sheet ASEAN Economy Community (AEC). Jakarta: ASEAN Secretariat, 2013.
[10] Diterima sebagai hasil
Pertemuan Pemimpin ASEAN ke-14, tahun 2009. Fact Sheet of ASEAN Socio-Cultural
Community. Jakarta: AEEAN Secretariat, 2013.
Komentar
Posting Komentar